Terapi Batuk Kronis pada Anak dengan Mukolitik

Tanggal : 21 Aug 2018 10:33 Wib


     
     Batuk dapat mengganggu aktivitas anak, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Demikian disampaikan oleh dr. Nastiti Kuswandani dalam salah satu Symposium International Meeting on Respiratory Care Indonesia (Respina) 2018, 17‐19 Juli 2018 lalu di Shangri La Hotel Jakarta. Batuk adalah manuver ekspirasi eksposi yang cenderung tiba‐tiba yang bermanfaat untuk membersihkan material asing dari saluran udara dan mencegah aspirasi makanan atau cairan. 
    Menurut dr. Nastiti, batuk bisa menjadi “teman” dan “musuh” bagi penderitanya. Dianggap sebagai “teman” karena batuk bagian dari mekanisme pertahanan pernapasan, berguna untuk membersihkan jalan napas (pembersihan mukosilier) dari material asing yang terhirup, akumulasi cairan abnormal (pus), untuk mencegah aspirasi tubuh ke paru‐paru, dan batuk bisa menjadi “alarm” kondisi patologis penyakit yang lain. Sedangkan batuk dianggap sebagai “musuh” karena batuk mengganggu kegiatan, menyebabkan kelelahan, mengganggu tidur, menyebabkan nyeri muskuloskeletal, menyebabkan suara serak, inkontinensia urin, dan batuk bisa menjadi modus efektif penularan penyakit di udara. Klasifikasi batuk menurut durasi gejalanya dibedakan menjadi batuk akut (kurang dari 3 minggu), batu akut berkepanjangan (3‐8 minggu), dan batuk kronis (lebih dari 8 minggu). Sedangkan menurut karakteristiknya, batuk kering dan batuk berdahak (batuk produktif). Batuk kronis pada anak biasanya merupakan batuk produktif yang disertai dahak. Batuk kronis mengganggu aktivit as anak seperti belajar dan bermain. 
     Apabila batuknya berat juga bisa menyebabkan gejala lain seperti sinkop, inkontinensia urin, atau muntah pada anak. Oleh karena itu, batuk kronis pada anak tidak dapat disepelekan dan perlu mendapatkan penanganan segera. Manajemen batuk kronis bisa dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi (biasa nya dengan mengontrol lingkungan, menghindari sumber penyebab, dan memperbanyak konsumsi air minum sebagai hidrasi). Manajemen farmakologi biasanya didasarkan pada penyebab batuk anak,
denga n obat utama antara lain bronkodilator untuk gejala bronkokontriksi, antibiotik untuk batuk yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dan antiinflamasi untuk batuk dengan inflama si saluran nafas. Sedangkan terapi pendukung yang berguna untuk batuk kronis yaitu mukoaktif atau agen protusif. 
     Salah satu terapi mukoaktif yang sering digunakan untuk batuk berdahak yaitu obat mukolitik. Obat ini berfungsi untuk menurunkan viskositas lender. Obat mukolitik klasik yaitu N acetylcystein (NAC) yang dapat memisahkan ikatan mucin disulfida dan ikatan gel disulfida lain untuk mengurangi viskositas. Sedangkan Erdostein adalah metabolit yang bertindak sebagai NAC. Dalam studi Cochrane, diketahui bahwa obat mukolitik asetilsistein dan karbosistein keduanya aman digunakan sebagai terapi URTI dan LRTI pada pasien anak‐anak. 
     Efektivitas erdostein sebagai obat mukolitik telah dibuktikan dengan berbagai studi. Studi oleh G. Titti, et al, yang membandingkan antara dosis tunggal antibiotik (amoksilin) dan dosis kombinasi amoksilin dan Erdostein menemukan bahwa tingkat
keparahan batuk terus menerus menurun dari awal hingga hari ketujuh dengan lebih signifikan pada dosis kombinasi amoksisilin dan Erdostein dibandingkan dosis tunggal amoksisilin. Studi oleh F. Balli, et al, yang membandingkan antara 158 pasien anak (78 kelompok Erdostein + amoksisilin dan 80 kelompok plasebo + amoksisilin). Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat keparahan batuk menurun sebesar 47% pada hari ke 3 pada kelompok Erdos teine dengan perbedaan yang signifikan secara statistic dibandingkan kelompok plasebo. Dari studi yang sama juga diketahui bahwa tidak ada reaksi atau efek samping yang merugikan dari pengguna an obat Erdost ein. Pada terapi untuk rinos inusitis, studi oleh Unuvar, et al, mencatat bahwa terjadi perbaikan gejala sebesar 78% dengan terapi Erdostein dan secara klinis tidak ditemu kan efek samping atau komplikasi yang serius. 
     Selain untuk batuk kronis dan rinosinusitis, obat mukolitik Erdostein juga sering digunakan sebagai terapi pasien PPOK dengan
eksaserbasi. Efek ini dibuktikan oleh studi RESTORE, dimana studi dilakukan secara acak terhadap 528 pasien PPOK yang diberikan Erdostein dan plasebo selama 12 bulan. Studi menemukan bahwa Erdostein memberikan keuntungan lebih untuk perbaikan eksaserbasi dibandingkan plasebo. Erdostein menurunkan jumlah eksaserbasi sebesar 19,5%. Erdostein secara signifikan meningkat kan jumlah pasien yang bebas dari gejala eksaserbasi (p < 0,01). Erdostein menurunkan jumlah eksaserbasi ringan sebesar 57,1%. Erdostein menurunkan durasi seluruh eksaserbasi sebesar 24,6%, durasi eksaserbasi ringan 22,1%, dan durasi eksaserbasi sedang hingga berat 21,3%. Secara umum, hasil studi RESTORE juga menunjukkan bahwa Erdostein (Vectrine®) dapat ditoleransi dengan baik dan aman. Dalam event RESPINA 2018, selain Vectrine® (Erdostein), PT. Dexa Medica juga memamerkan produk lainnya yaitu Monarin® (Montelukast) yang berguna untuk terapi Asma dan PPOK, serta Suprasma® yang berguna untuk mengurangi bronchospasm pada asma bronkial, bronchitis kronis, dan emfisema.

Post Terkait

FIK UI Rancang Strategi untuk Memutus Rantai Infeksi pada Anak Sekolah

Tanggal Publikasi: 10 Jul 2020 10:16 | 1470 View

Tim Pengabdian Masyarakat (pengmas) Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) yang dipimpin oleh Dr. Hanny Handiyani, S.Kp., M.Kep menggagas sebuah program sebagai upaya promotif dan preventif untuk memutus rantai…

Selengkapnya

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) meresmikan Empat Ruang Pendukung Pendidikan Akademik

Tanggal Publikasi: 10 Jul 2020 10:06 | 1647 View

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) meresmikan Empat Ruang Pendukung Pendidikan Akademik yaitu Ruang Apotek Simulasi, Laboratorium Nanoteknologi, Laboratorium Paragon Innovation Semisolid Center, dan Ruang Multimedia. Komite Etik Penelitian Kedokteran gigi…

Selengkapnya

Fakultas Farmasi UI Resmikan Laboratorium dan Ruang Apotek Simulasi

Tanggal Publikasi: 10 Jul 2020 10:00 | 2191 View

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) meresmikan Empat Ruang Pendukung Pendidikan Akademik yaitu Ruang Apotek Simulasi, Laboratorium Nanoteknologi, Laboratorium Paragon Innovation Semisolid Center, dan Ruang Multimedia. Peresmian dilakukan oleh Rektor UI…

Selengkapnya

Deteksi Dini Saraf Penciuman, Cegah Kerusakan Otak !

Tanggal Publikasi: 02 Sep 2019 09:43 | 2274 View

Pada Oktober 2018 lalu, dilaksanakan Soft Opening Paviliun Bonaventura yang diadakan didaerah Jakarta Utara dan sekitarnya. Dipersembahkan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang lebih lengkap dengan tetap mengedepankan azas pendidikan,…

Selengkapnya

“Sentuhan Cinta“

Tanggal Publikasi: 13 Aug 2019 10:51 | 1333 View

Sukses Mendapatkan Dukungan Lebih dari 145.000 para Ibu di Indonesia untuk Tingkatkan Kualitas Kesehatan dan Kesejahteraan Bayi Indonesia.

Selengkapnya