Potensi Penggunaan Sel, DNA, dan mRNA Fetus pada Sirkulasi Maternal untuk Diagnosis Prenatal Noninvasif Penyakit Genetik

Tanggal : 09 Sep 2017 06:49 Wib


DEWI MEGAWATI1, ITA M. NAINGGOLAN2,3, AGUNG NOVA MAHENDRA4, NANIS S. MARZUKI2,3

1Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa, Denpasar Bali 2Lembaga Biologi Molekuler Eijkman 3Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 4Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

 

Pendahuluan

 

Penyakit genetik adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh kelainan salah satu/lebih gen atau kromosom. Penyebab kelainan tersebut dapat berupa perubahan satu nukleotida pada gen, delesi besar pada kromosom, serta kelainan jumlah atau struktur kromosom. Penyakit genetik dapat diklasifikasikan menjadi penyakit monogen, penyakit poligen/multifaktorial, kelainan kromosom, dan kelainan mitokondria. 1 Sampai saat ini, belum ada tindakan kuratif yang memadai untuk mengatasi penyakit genetik. Terapi gen pada penderita masih belum dapat diaplikasikan secara luas karena hasil penelitian masih sangat bervariasi dan memerlukan biaya yang besar. Metode stem cell cukup mahal dan sangat memerlukan kecocokan human leukocyte antigen (HLA). Tata laksana penyakit genetik pada umumnya hanya bersifat suportif dan simptom atik dengan pemberian terapi untuk mengurangi gejala klinis. Pada pasangan yang mempunyai risiko memiliki anak dengan penyakit genetik yang membahayakan fetus dan maternal dapat dilakukan tindakan preventif, baik berupa konseling genetik pranikah maupun diagnosis prenatal.2

Diagnosis prenatal dapat dilakukan melalui metode invasif dan noninvasif. Pendekatan noninvasif melalui ultrasonografi (USG) masih memerlukan prosedur lanjutan untuk memastikan diagnosis penyakit genetik sehingga pengambilan sampel fetus tetap diperlukan untuk dianalisis lebih lanjut pada level molekuler. Sebagai contoh: kasus hydrops fetalis yang terdeteksi pada janin dengan USG memerlukan analisis lebih lanjut untuk memastikan penyebab hydrops. Pengambilan sampel fetus dapat dilakukan melalui metode invasif seperti pengambilan cairan amnion (amniocentesis) dan biopsi vili korialis (CVS/chorealis villi sampling).3,4

Selengkapnya, silahkan baca di edisi cetaknya..


Post Terkait

Tata Laksana Koinfeksi HIV dan Hepatitis C : Fokus Pada Direct Acting Antiviral (DAA)

Tanggal Publikasi: 09 Jul 2020 15:57 | 4963 View

Hepatitis C merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia dengan angka prevalensi dan komplikasi yang cukup tinggi. Seiring dengan meningkatnya insidens HIV maka koinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan virus…

Selengkapnya

Retensio Urine Post Partum

Tanggal Publikasi: 09 Jul 2020 13:41 | 43033 View

Retensio urin postpartum (RUP) adalah fenomena umum pada masa nifas, dengan prevalensi bervariasi antara 1,5% dan 45%.1 Retensio urin postpartum didefinisikan sebagai tidak adanya proses berkemih spontan atau tidak dapat…

Selengkapnya

Tatalaksana Gangguan Berkemih pada Penderita Parkinson

Tanggal Publikasi: 30 Aug 2018 15:22 | 2973 View

Parkinson Disease (PD) merupakan suatu penyakit neurodegenerative yang bersifat kronis dan domina n menyerang fungsi motoris. PD diduga disebabkan karena adanya kekurangan dopamine pada substansia nigra.

Selengkapnya

Diagnosa dan Tatalaksana Overaktif Bladder

Tanggal Publikasi: 30 Aug 2018 15:08 | 4130 View

Overaktif bladder (OAB) banyak dijumpai dan memiliki dampak negatif terhadap kualitas hidup pasien. Penting bagi dokter untuk mengetahui bagaimana mengidentifikasi dan menatalaksana pasien dengan kondisi ini.

Selengkapnya

Paparan Televisi dan Perkembangan Bahasa pada Anak

Tanggal Publikasi: 30 Aug 2018 14:54 | 2138 View

Perkembangan bahasa merupakan salah satu perekembangan yang paling penting pada anak, karena merupakan indikator dari seluruh perkembangan pada anak. Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa…

Selengkapnya